PENGEMBANGAN POLA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN DAN GIZI KELUARGA DI PEDESAAN SUMATERA SELATAN

BENYAMIN LAKITAN


NOMOR KLASIFIKASI                      : 333.707         Lak      p

            Penelitian ini dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehubungan dengan kondisi fisik dan pola budidaya pertanian pada lahan pekarangan serta aspek sosiokultural yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan pekarangan di pedesaan Sumatera Selatan. Tahap pertama telah dilaksanakan antara bulan Oktober 1992 sampai Januari 1993 di 40 desa pada Kabupaten Muara Enim dan musi Banyuasin. Pada masing-masing desa dipilih 10 lahan pekarangan secara acak, sehingga toltal lahan pekarangan yang dikaji adalah 400 lahan.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan pekarangan rata-rata untuk Kabupaten Muara Enim adalah 149,0 m2; sedangkan untuk Musi Banyuasin adalah 349,9 m2. Untuk desa-desa di Kabupaten Muara Enim, 29,9% luasan lahan pekarangan berada di depan bangunan hunian dan sisanya (70,1%) berada di samping atau belakang bangunan hunian. Alokasi ruang yang hamper sama didapatkan pada desa-desa di Kabupaten Musi Banyuasin, dimana 22,4% lahan berada di depan dan 77,6% berada di samping atau belakang bangunan hunian. Jenis tanaman yang paling banyak dijumpai adalah dari kelompok tanaman buah-buahan; sedangkan sayuran dan jenis tanaman lainnya dijumpai dengan frekuensi yang lebih rendah. Hanya 12,5% dan 22,0% lahan pekarangan yang ditanami dengan sayuran untuk Kabupaten Muara Enim dan musi Banyuasin. Berdasarkan indeks kesamaan Sorenson, maka hamper semua desa membudidayakan tanaman buah-buahan yang sama (IKS > 0,5). Kecuali Desa Tanjung Tebat, aremantai, dan Sungsang. Jenis tanaman buah-buahan yang paling banyak ditanam adalah pisang, nenas, dan sirsak. Ayam buras merupakan jenis ternak yang dijumpai hamper pada semua desa sasaran, kecuali Desa Sungsang; sedangkan ikan hanya dibudidayakan pada 3,25% lahan yang diamati.
            Pada tahap kedua, berdasarka, data karakteristik yang berhasil dianalisis, maka lahan pekarangan di pedesaan Sumatera Selatan dapat dibedakan menjadi 6 tipe, yakni; pekarangan di daratan tinggi yang sempit, datar, dan tidak tergenang (Tipe I); pekarangan di datran tinggi yang sempit, miring, dan tidak tergenang (Tipe II); pekarangan di dataran rendah yang sempit, datar, dan tidak tergenang (Tipe III); pekarangan di dataran rendah ayng sempit, datar, dan tergenang secara periodic (tipe IV); pekarangan di dataran rendah yang luas, datar, dan tidak tergenang (Tipe V); dan pekarangan di datran rendah yang sempit, datar, dan tergenang secara kontinyu (Tipe VI).
            Untuk masing-masing tipe pekarangan dikembangkan pola pemanfaatan yang sesuai dengan kondisi fisik lahan. Pada pekarangan tipe I dirancang pola pemanfaatan dengan mengkombinasikan antara tanaman sayuran dataran tinggi, pohon buah-buahan, dan ternak ayam buras. Pada pekarangan tipe II kareka lahannya yang miring hanya dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pohon buah-buahan dan ternak ayam buras. Pola penanaman pohon buah-buahan tersebut diselaraskan dengan garis kontur lahan. Pada pekarangan tipe III dirancang pola budidaya terpadu dengan mengkombinasikan tanaman sayuran dataran rendah, pohon buah-buahan, dan ternak ayam buras. Pola budidaya untuk pekarangan tipe IV dibedakan antara musim kemarau dan musim hujan, Budidaya tanaman sayuran semusim hanya dilakukan pada musim kemarau. Pohon buah-buahan yang ditanam terbatas pada jenis yang toleran terhadap genangan periodic. Lahan pekarangan tipe V dibagi menjadi 2 baigan, yakni bagian yang dikelola uantuk pemenuhan kebutuhan pangan sendiri yang dirancang sama dengan pekarangan tipe III dan bagian yang dikelola untuk tujuan komsersial. Pada pekarangan tipe IV dirancang pola budidaya terpadu antara ikan air tawar, ternak ayam buras, dan tanaman hortikultura, yakni dengan pembuatan kolam ikan, kandang ayam diatas kolam, dan tanaman dibudidayakan pada tanggul kolam.
            Berdasarkan rancangan pola pemanfaatan ;ahan pekarangan yang dikembangkan, kontribusi pekarangan terhadap upaya pemenuhan kebutuhan gizi keluarga di pedesaan Sumatra Selatan maish tergolong rendah, kecuali untuk pemenuhan kebutuhan vitamin A dan C, dimana 20% (untuk vitamin A) dan 34% (untuk vitamin C) dari desa yang teliti dapat memperoleh seluruh kebutuhnannya dari lahan peiarangan. Konstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan protein umumnya kurang dari 12% untuk mineral (kalsium dan besi) umumnya kurang dari 10% dan untuk vitamin B umumnya kurang dari 25%.


Refrensi yang digunakan sebanyak 23 judul

No comments:

Post a Comment